قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ
Qad aflaha almuminoona
الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ
Allatheena hum fee salatihim khashiAAoona
Ada kebahagian yang tidah terkira dan terhingga di rasakan oleh seorang mu"min yaitu dikala ia melangsunkan Shalatnya dengan Khusu seperti difirmankan ayat diatas. Kebahagiaan adalah tujuan hidup hendak diraih oleh setiap orang dalam hidupnya. Aristoteles (384-332 SM) menyebutnya sebagai "audaemonie" atau barang yang tertinggi dalam kehidupan. Semua orang bahkan mendambkan kebagian hidup itu. Berbagai macam cara ditempuk manusia untuk bisa bahagia.
Ada yang mengangap dengan hidup kaya orang akan bahagia. Ada yang menganggap menjadi orang terkenal hidup akan lebih bahagia. Dengan menjadi anggota legeslatif atau eksekutif orang akan bahagia. Dan masih banyak yang lain yang selalu didambakan orang dimuka bumi ini (Bagaimana dengan anda) banyak orang untuk mengejar kebahagiaan itu mereka berlomba-lomba mewujudkanya. Bahkan tidak jarang mereka bebaku Hantam dengan sesamanya hanya untuk meraih apa yang dianggap selama ini sebagai kebahagian. Padahal dalam islam kebahagiaan itu ada dan disediakan dengan baik oleh Allah swt bagi umatNYA yaitu kala ia beribadah Sholat. Mahasuci Allah dan segala puji hanya untukNYA.
Orang melihat Khusu paling sedikit melalui dua perspektif yaitu perspektif semantik etimologis kebahasaan dan perspektif istilah terminologis. Dari perspektif kebahasaan, khusu bersala dari kata khasya'a-yakhsya'u-kusyu'an artinya memusatkan penglihatan pada bumi dan memejamkan mata atau meringankan suara ketika sholat. Selain itu, khusu secara bahasa berarti tunduk hati atau badan. Imam Musbikin menulis bahwa khusu dalam arti bahasa adalah tunsuk hati dan merendahkan suara dan berdiam dir, sedangkan kaitanya dengan pandangan mata adalah merendahkan pandangan.
Arti Khusu yang lebih dekat adalah khudlu yaitu tunduk dan tawadlu khusu ini dapat terkait dengan suara, ba dan atau penglihatan. Tiga anggota badan itulah yang menjadi tanda ke khusyu'an seseorang dalam sholatnya. Pernah dalam hadist sholih rasullulah saw melihat seseorang yang sedang sholat sambil mengelus-elus jenggotnya yang lebat. Rasullulah saw berkomentar seandainya ia khusyu tentu tidak akan melakukan hal itu (mengelus-elus jenggotnya).
Khusyu' menurut istilah atau syara berarti adalah keadaan jiwa yang tenang dan tawadhu' (rendah hati) yang tampak pada anggota tubuhnya. Itulah sebabnya imam Ghozali mengatakan indikator kekhusyuan seseorang dalam sholatnya dapat ditandai dengan 3 (tiga) hal:
Dalam sebuag hadis shih, diriwayatkan dari Zaid bin Arqam, ia berkata: kami pernah becakap-cakap dalam sholat. kala itu, orang boleh becakap-cakap dengan temannya dalam sholat Allat swt menurunkan ayat dalam alquran :"Dirikanlah sholat karena allah dengan khusyu' (waquumuu lillahi qanitiin). Maka Sejak itu, kami diperintahkan supaya diam dan tidak lagi bercakap-cakap dalam sholat" (HR.Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasai, Abu Daud dan Ahmad).
Siti Aisyah ra menceritakan bahwa Rasullulah pernah mendirikan sholat dengan pakaian becorak. Kemudian beliau bersabda bahwa aku merasa terganggu (tidak Khusyu) karena corak yang ada pada baju ini. Bawalah baju ini pada abu Jahmin dan ambilkan untukku baju yang lain (HR,Bukhari, Muslim, Nasai, Abu Daud, Ibnu majah, Ahmad dan Malik)Itulah sebabnya bisa dipahami mengapa jika masuk ke masjid al-haram di mekkah atau masjid an-Nabawi di madinah dengan pakaian yang penuh dengan corak, gambar atau tulisan akan diminta untuk menggantinya karena dikhawatirkan akan bisa mengganggu ke Khusyu'an orang dalam Sholatnya.
Bagaimana kita dapat mengukur diri kita apakah sudah Khusy dalam sholat atau belum. Bisa dilihat dari sejumlah indikasi berikut ini, antara lain seperti ditulis Imam Musbikin :sangat menjaga waktunya dan terpelihara dari perbuatan dan perkataan yang sis-sia apalagi maksiat. Niatnya tulus Ikhlas, jarang kecewa terhadap pujian atau penghargaan, dipuji atau tidak dipuji, dicaci atau tidak dicaci sama saja (lihat surat Yunus, 105 dan Saba, 46)
Qad aflaha almuminoona
الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ
Allatheena hum fee salatihim khashiAAoona
"Sesungguhnya amat beruntunglah orang-orang yang beriman. Yaitu orang-orang yang khusu dalam sholatnya"
Ada kebahagian yang tidah terkira dan terhingga di rasakan oleh seorang mu"min yaitu dikala ia melangsunkan Shalatnya dengan Khusu seperti difirmankan ayat diatas. Kebahagiaan adalah tujuan hidup hendak diraih oleh setiap orang dalam hidupnya. Aristoteles (384-332 SM) menyebutnya sebagai "audaemonie" atau barang yang tertinggi dalam kehidupan. Semua orang bahkan mendambkan kebagian hidup itu. Berbagai macam cara ditempuk manusia untuk bisa bahagia.
Ada yang mengangap dengan hidup kaya orang akan bahagia. Ada yang menganggap menjadi orang terkenal hidup akan lebih bahagia. Dengan menjadi anggota legeslatif atau eksekutif orang akan bahagia. Dan masih banyak yang lain yang selalu didambakan orang dimuka bumi ini (Bagaimana dengan anda) banyak orang untuk mengejar kebahagiaan itu mereka berlomba-lomba mewujudkanya. Bahkan tidak jarang mereka bebaku Hantam dengan sesamanya hanya untuk meraih apa yang dianggap selama ini sebagai kebahagian. Padahal dalam islam kebahagiaan itu ada dan disediakan dengan baik oleh Allah swt bagi umatNYA yaitu kala ia beribadah Sholat. Mahasuci Allah dan segala puji hanya untukNYA.
Orang melihat Khusu paling sedikit melalui dua perspektif yaitu perspektif semantik etimologis kebahasaan dan perspektif istilah terminologis. Dari perspektif kebahasaan, khusu bersala dari kata khasya'a-yakhsya'u-kusyu'an artinya memusatkan penglihatan pada bumi dan memejamkan mata atau meringankan suara ketika sholat. Selain itu, khusu secara bahasa berarti tunduk hati atau badan. Imam Musbikin menulis bahwa khusu dalam arti bahasa adalah tunsuk hati dan merendahkan suara dan berdiam dir, sedangkan kaitanya dengan pandangan mata adalah merendahkan pandangan.
Arti Khusu yang lebih dekat adalah khudlu yaitu tunduk dan tawadlu khusu ini dapat terkait dengan suara, ba dan atau penglihatan. Tiga anggota badan itulah yang menjadi tanda ke khusyu'an seseorang dalam sholatnya. Pernah dalam hadist sholih rasullulah saw melihat seseorang yang sedang sholat sambil mengelus-elus jenggotnya yang lebat. Rasullulah saw berkomentar seandainya ia khusyu tentu tidak akan melakukan hal itu (mengelus-elus jenggotnya).
Khusyu' menurut istilah atau syara berarti adalah keadaan jiwa yang tenang dan tawadhu' (rendah hati) yang tampak pada anggota tubuhnya. Itulah sebabnya imam Ghozali mengatakan indikator kekhusyuan seseorang dalam sholatnya dapat ditandai dengan 3 (tiga) hal:
- Tenang anggota badanya(sukun al-a'hho) ketika sholat dilangsungkan artinya tidak melakukan gerakan lain kecuali gerakan dalam sholat saja yang semestinya. Tidak disebut khusu bila melakukan gerakan diluar gerakan sholat yang semstinya> Bahkan Iman Syafi'i menyebutkan bahwa batal sholat seseorang yang melakukan 3(tiga) kali gerakan badan dalam satu rukun sholat.
- Menghadirjakn hati (hudlur al qalb) ketika sholat dilangsungkan artinya antara gerakan tubuh dengan gerakan hati terdapat keselarasan (harmoni). Untuk bisa menghadirkan hati diperlukan sejumlah prasyarat yaitu menghilangkan semua pengaruk eksternal dan internal yang bisa mengalihkan perhatian kita dalam sholat. Pengaruh Eksternal seperti Lingkungan, suasana disekitar tempat sholat, keadaan badan, pakaian, dan tempat dimana kita sholat, Pengaruh internal misalnya lapar, pikiran kacau sebelum sholat (pengaruh dari= pekerjaan, Istri Anak, Duit dll), mengahap makanan yang lezat dan menarik hati sehingga pengaruh kepikiran kita saat akan Sholat, sedang ingin buang air kecil, Besar atau ingin kentut, serta banyak keinginan lain yang belum disampaikan, serta bisikan-bisikan setan yang selalu menggoda manusia bila kita ingin sholat dari atas, bawah, kanan, kiri, arah muka, arah belakang: (surat an-nas, 5-6).
- Memahami makna bacaan sholat dan gerakan sholat. Shalat bukan hanya sekedar berdiri, ruku, sujud, doa dan munajat. Namun, sholat adalah gabungan antara gerakan jasad dan roh. Gerakan tubuh adalah jasadnya sholat, sedangkan khusu adalah ruhnya sholat. Secara filsafat "manusi" bukan jasmaninya namun rohaninya. Yang sebenar-benarnya manusia "haqiqatnya al-insan" atau" sejatining manungso" adalah ruhnya. seperti yang dikatakan oleh rene Descartes-seorang filosofis Perancis- manusia adalah roh yang menggunakan jasadnya sebagai alat (homo est anima utens corpore tamquam instumento atau dalam bahasa belanda disebutkan demens is een ziel, die zich van het lichaam als een instrument bedient)
Dalam sebuag hadis shih, diriwayatkan dari Zaid bin Arqam, ia berkata: kami pernah becakap-cakap dalam sholat. kala itu, orang boleh becakap-cakap dengan temannya dalam sholat Allat swt menurunkan ayat dalam alquran :"Dirikanlah sholat karena allah dengan khusyu' (waquumuu lillahi qanitiin). Maka Sejak itu, kami diperintahkan supaya diam dan tidak lagi bercakap-cakap dalam sholat" (HR.Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasai, Abu Daud dan Ahmad).
Siti Aisyah ra menceritakan bahwa Rasullulah pernah mendirikan sholat dengan pakaian becorak. Kemudian beliau bersabda bahwa aku merasa terganggu (tidak Khusyu) karena corak yang ada pada baju ini. Bawalah baju ini pada abu Jahmin dan ambilkan untukku baju yang lain (HR,Bukhari, Muslim, Nasai, Abu Daud, Ibnu majah, Ahmad dan Malik)Itulah sebabnya bisa dipahami mengapa jika masuk ke masjid al-haram di mekkah atau masjid an-Nabawi di madinah dengan pakaian yang penuh dengan corak, gambar atau tulisan akan diminta untuk menggantinya karena dikhawatirkan akan bisa mengganggu ke Khusyu'an orang dalam Sholatnya.
Bagaimana kita dapat mengukur diri kita apakah sudah Khusy dalam sholat atau belum. Bisa dilihat dari sejumlah indikasi berikut ini, antara lain seperti ditulis Imam Musbikin :sangat menjaga waktunya dan terpelihara dari perbuatan dan perkataan yang sis-sia apalagi maksiat. Niatnya tulus Ikhlas, jarang kecewa terhadap pujian atau penghargaan, dipuji atau tidak dipuji, dicaci atau tidak dicaci sama saja (lihat surat Yunus, 105 dan Saba, 46)
وَأَنْ أَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا وَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Waan aqim wajhaka lilddeeni haneefan wala takoonanna mina almushrikeena
dan (aku telah diperintah): "Hadapkanlah mukamu kepada agama dengan tulus dan ikhlas dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik.
dan (aku telah diperintah): "Hadapkanlah mukamu kepada agama dengan tulus dan ikhlas dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar